Ibnu Khaldun merupakan seorang sosiolog, sejarahwan, ekonom, dan politikus ternama dari Tunisia. Lahir pada 1332 dan meninggal pada 1406, Ibnu Khaldun telah menciptakan banyak karya monumental, dan salah satu karyanya yang terkenal adalah Muqadimmah, kitab pengantar untuk karya utamanya, Kitab Al-Ibar. Dalam bukunya, Ibnu Khaldun mengulas sejarah peradaban Arab pada masanya dan mengangkat tema-tema penting seperti sosiologi, sejarah, bahkan ekonomi.
Dalam karyanya, Ibnu Khaldun mengemukakan pandangan tentang siklus peradaban. Ia mengenalkan konsep Asabiyyah sebagai kunci dalam bangkit dan runtuhnya suatu bangsa. Asabiyyah adalah ikatan sosial atau solidaritas yang menghubungkan individu dalam sebuah kelompok. Pada peradaban yang sederhana (Imran Badui), Asabiyyah cenderung lebih kuat karena masyarakat masih mengedepankan gotong-royong dalam mengatasi masalah. Sementara itu, pada peradaban yang lebih kompleks (Imran Hadhori), Asabiyyah seringkali lemah karena kecenderungan untuk lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan kelompok.
Ibnu Khaldun membagi siklus ini ke dalam beberapa fase yang saling berkaitan. Fase pertama adalah kebangkitan, di mana kelompok-kelompok kecil dengan Asabiyyah yang kuat mampu menggulingkan dan menggantikan kelompok besar yang telah kehilangan kekuatan Asabiyyah-nya. Pada fase ini, ikatan sosial kelompok baru bisa terbentuk karena kesamaan darah, agama, ideologi, atau tujuan bersama.
Fase kedua dimulai ketika kelompok yang baru terbentuk mulai merapikan dan mengkonsolidasikan kekuasaannya. Mereka melakukan penataan struktural, serta menyingkirkan elemen-elemen yang berasal dari kelompok lama. Pada tahap ini, meskipun Asabiyyah masih ada, namun mulai sedikit luntur seiring dengan berkembangnya kompleksitas struktur sosial dan administrasi.
Fase ketiga terjadi ketika kelompok tersebut mencapai puncak kejayaan. Mereka berhasil meraih kemajuan di berbagai bidang, baik sosial, budaya, politik, ekonomi, maupun ilmu pengetahuan. Kebutuhan masyarakat tercukupi, pemimpin yang adil hadir, dan masalah sosial yang ada cenderung lebih sedikit. Di sini, Asabiyyah pada awalnya masih kuat, namun mulai melemah seiring dengan kemakmuran dan ketenteraman yang dicapai.
Fase keempat adalah fase kemunduran dan kehancuran. Pada titik ini, generasi penerus yang lupa akan pengorbanan generasi sebelumnya mulai menjadi lebih individualis, malas, dan terjebak dalam gaya hidup yang berfoya-foya. Kesenjangan sosial-ekonomi pun muncul, yang memicu ketegangan sosial. Kelompok-kelompok kecil yang baru terbentuk, dengan Asabiyyah yang kuat, mulai menggoyahkan stabilitas kelompok yang sedang berkuasa. Akhirnya, peradaban ini kehilangan Asabiyyah-nya dan digantikan oleh kelompok baru, mengulang siklus yang sama.
Teori ini dapat dilihat pada banyak kebangkitan dan keruntuhan imperium besar dalam sejarah. Ibnu Khaldun hidup di masa setelah kejayaan Islam, di mana peradaban Islam mulai mengalami keterpurukan. Ia menyaksikan pola yang serupa dengan kebangkitan dan kejatuhan Dinasti Abbasiyah. Dinasti ini awalnya mengalami kejayaan yang besar ketika dipimpin oleh sembilan khalifah pertama, namun kemudian mulai terpuruk ketika kendali beralih ke Dinasti Turki Seljuk dan akhirnya runtuh diserang oleh pasukan Mongol. Pola ini juga dapat dilihat dalam peradaban-peradaban lain seperti Mongol, Romawi, dan imperium besar lainnya.
Dengan melihat teori Ibnu Khaldun, kita bisa belajar banyak tentang pentingnya Asabiyyah dalam menjaga kelangsungan hidup suatu peradaban. Di sisi lain, kita juga dapat mengkritisi teori ini, karena tidak semua peradaban mengikuti pola yang sama. Ada faktor-faktor lain yang sepertinya tidak Ibnu Khaldun perhatikan, yaitu faktor eksternal. Ibnu Khaldun tidak memperkirakan akan adanya serangan dari luar yang bisa saja langsung meruntuhkan peradaban dengan Asabiyyah yang masih kuat
Referensi :
Ilham, M. (2017). KONSEP ‘ASHABIYAH DALAM PEMIKIRAN POLITIK IBNU KHALDUN. _DOAJ (DOAJ: Directory of Open Access Journals)_. https://doi.org/10.24252/profetik.v4i1a1
Saumantri, Theguh & Abdillah, Abdillah. (2020). Teori Ashabiyah Ibnu Khaldun Sebagai Model Perkembangan Peradaban Manusia. Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam. 8. 10.24235/tamaddun.v8i1.6326.