Berbeda dengan Karl Marx yang melihat aspek material (ekonomi) sebagai penggerak utama dalam kehidupan sosial, bahkan Marx percaya sejarah umat manusia adalah sejarah perjuangan kelas, Max Weber menekankan bahwa nilai-nilai, moral, dan norma juga memiliki peran penting dalam perubahan sosial. Menurutnya, nilai-nilai tersebut bahkan dapat memengaruhi aspek kehidupan lain, termasuk ekonomi.
Weber mencatat bahwa di wilayah Eropa yang mayoritas beragama Protestan, tradisi kapitalisme berkembang sangat kuat. Ia melihat bahwa sektor-sektor ekonomi, seperti perdagangan, banyak dikuasai oleh penganut Protestan. Dari sini, Weber menyimpulkan bahwa nilai dan doktrin dalam ajaran Protestan memiliki pengaruh terhadap perkembangan awal kapitalisme.
Weber menyoroti bahwa ide-ide dalam agama Protestan, terutama dalam cabang Calvinisme, mendukung munculnya semangat kapitalisme yang berorientasi pada pencarian keuntungan sebanyak-banyaknya. Doktrin predestinasi dalam Calvinisme, yang menyatakan bahwa manusia telah ditentukan siapa yang akan masuk surga atau neraka, namun Tuhan memberikan tanda-tanda siapa yang akan diselamatkan, mendorong umat Protestan untuk menunjukkan “tanda keselamatan” itu melalui kesuksesan di dunia. Mereka percaya bahwa untuk mendapat keselamatan di akhirat, seseorang harus sukses terlebih dahulu di dunia dengan terus bekerja keras.
Mereka juga bersikap asketis, yakni tidak menggunakan keberhasilan ekonomi untuk berfoya-foya, melainkan tetap fokus bekerja. Motif utama mereka bekerja bukan semata-mata mencari keuntungan, melainkan sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Bahkan, dalam pandangan ekstrem, ketimpangan ekonomi dianggap sebagai bentuk kemurahan Tuhan kepada orang-orang terpilih yang akan diselamatkan.
Pada akhirnya, Weber memiliki pandangan yang berbeda dengan Marx. Jika Marx melihat kapitalisme lahir dari upaya mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan kaum pekerja yang tidak memiliki kapital/modal, maka Weber melihat kapitalisme muncul dari etika dan nilai-nilai agama Protestan. Meskipun begitu, kita tidak bisa mengatakan bahwa kapitalisme selamanya dipengaruhi oleh nilai-nilai Protestan. Seiring waktu, kapitalisme memudar dari semangat asketis Protestan, di mana kini motif mencari keuntungan lebih sering digerakkan oleh kerakusan, bukan lagi panggilan religius.
Referensi :
[Antara Protestantisme dan Kapitalisme: Membaca Ulang Weber – CRCS UGM](https://crcs.ugm.ac.id/antara-protestantisme-dan-kapitalisme-membaca-ulang-weber/)
[The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism](https://www.thoughtco.com/the-protestant-ethic-and-the-spirit-of-capitalism-3026763)
[Marxism - Class Struggle, Capitalism, Revolution | Britannica](https://www.britannica.com/topic/Marxism/Class-struggle)
[Karl Marx: His Books, Theories, and Impact](https://www.investopedia.com/terms/k/karl-marx.asp#toc-marxs-theories)
Silitonga, B. a. A., Messakh, J. J., Naibaho, L., & Rantung, D. A. (2024). Analisis Kapitalisme Max Weber sebagai Jalan Pendidikan Agama Kristen Menghadapi Kemiskinan. _Harati Jurnal Pendidikan Kristen_, _3_(2), 189–204. https://doi.org/10.54170/harati.v3i2.152