Sejarah Jepang ( Dari Masa Neolitikum Hingga Masa Restorasi Meiji)

 


    Melihat sejarah Jepang, salah satu penduduk pertama yang hidup di kepulauan ini adalah orang-orang Jomon. Orang Jomon dikenal akan budaya berburu serta metode kerajinan gerabahnya yang khas, yaitu menggunakan pola tali (cord-marked pottery). Periode ini berlangsung dari sekitar 14.000 SM hingga 300 SM. Mereka hidup sebagai pemburu, nelayan, dan peramu.

    Hingga kemudian, di periode selanjutnya, datanglah orang-orang Yayoi dari arah semenanjung Korea yang mengungsi dari konflik di kampung halaman mereka.

    Orang-orang Yayoi membawa perubahan besar bagi Jepang, terutama dalam hal pertanian padi basah (sawah) dan teknologi pengolahan logam seperti besi dan perunggu yang mereka bawa dari benua Asia. Populasi mereka berkembang pesat berkat kemampuan mereka dalam bertani, dan perlahan-lahan mereka pun mendominasi wilayah Jepang. Orang Jomon pun perlahan punah atau setidaknya terasimilasi dengan orang Yayoi.

    Pada masa Yayoi, Kepulauan Jepang mulai tercatat dalam catatan sejarah Tiongkok. Beberapa kerajaan kecil yang ada saat itu mengirim utusan ke Tiongkok. Salah satu tokoh yang paling terkenal adalah Ratu Himiko dari Yamataikoku. Bangsa Tiongkok menyebut negeri ini sebagai Wa, yang bisa diartikan sebagai "kecil" atau "kerdil".

    Memasuki abad ke-3 hingga 6 M, Jepang memasuki era Kofun. Pada masa ini, Kerajaan Yamato yang dipimpin oleh seorang Tenno alias Kaisar mulai berhasil menyatukan wilayah Jepang (kecuali beberapa daerah di utara Honshu dan wilayah-wilayah perlawanan seperti milik suku Emishi). Keluarga Kekaisaran Jepang inilah yang nantinya dikenal sebagai dinasti kekaisaran tertua di dunia yang masih bertahan hingga hari ini.

    Ciri khas periode ini adalah pembangunan makam-makam raksasa berbentuk gundukan, yang disebut kofun. Salah satu kofun paling ikonik memiliki bentuk seperti lubang kunci dan masih dapat ditemukan hingga sekarang.

    Periode ini kemudian dilanjutkan ke periode Asuka, di mana pengaruh Buddha dan Tiongkok mulai masuk secara signifikan. Salah satu klan yang berorientasi pada ajaran Buddha, yaitu Klan Soga, berhasil menggulingkan dominasi Yamato dan menjadikan Kaisar hanya sebagai pemimpin simbolis alias boneka politik.

    Klan Soga mulai mereformasi sistem pemerintahan Jepang, salah satunya lewat dokumen berjudul 17 Pasal Konstitusi yang terinspirasi dari nilai-nilai Konfusianisme. Namun pada akhirnya, Klan Soga digulingkan oleh Klan Fujiwara yang diminta oleh Kaisar untuk merebut kembali kekuasaan. Klan Fujiwara nantinya akan mendominasi pemerintahan Jepang berkat strategi pernikahan politik, di mana mereka menikahkan anak-anak mereka dengan keluarga kekaisaran.

    Sejarah Jepang berlanjut ke periode Nara, ketika ibu kota Jepang dipindahkan ke Nara, sebuah kota yang dibangun dengan meniru ibu kota Dinasti Tang di Tiongkok, yaitu Chang'an. Namun, Jepang pada masa ini dilanda sejumlah bencana. Salah satu yang paling parah adalah wabah cacar yang menewaskan hampir seperempat populasi Jepang.

    Kemudian, pada periode berikutnya, ibu kota kembali dipindahkan ke Heian Kyo (yang kelak dikenal sebagai Kyoto). Di sinilah dimulainya periode Heian, dan Heian Kyo akan menjadi ibu kota Jepang hingga tahun 1868. Pada masa ini, Klan Fujiwara mencapai puncak kejayaannya. Mereka menciptakan jabatan sesshou (wali penguasa) dan kampaku (penasihat kaisar), posisi yang membuat mereka secara de facto mengendalikan pemerintahan, meskipun kaisar masih berkuasa secara simbolis.

    Namun, kekuasaan pusat mulai melemah karena konflik internal dalam keluarga kekaisaran. Terjadi desentralisasi besar-besaran, dan banyak wilayah dikuasai oleh penguasa-penguasa lokal (daimyo). Para daimyo ini mempekerjakan prajurit untuk menjaga wilayah mereka. Maka lahirlah kasta prajurit Jepang: samurai.

    Salah satu momen penting pada masa ini adalah ketika Otomo no Otomaro berhasil menaklukkan suku Emishi di utara dan mendapatkan gelar Sei-i Taishogun, atau "Jenderal Hebat Penakluk Barbar Utara". Gelar ini nantinya akan menjadi dasar dari posisi Shogun.

    Namun, seiring waktu Klan Fujiwara kehilangan dominasinya. Dua klan besar, yaitu Klan Taira dan Klan Minamoto, bersaing memperebutkan kekuasaan dalam perang Genpei. Akhirnya, Klan Minamoto keluar sebagai pemenang dan mendirikan keshogunan pertama di Jepang, menandai awal periode Kamakura.

    Sayangnya, Minamoto tidak bertahan lama sebagai pemegang kekuasaan sejati. Kekuasaannya direbut oleh Klan Hojo, yang menjadikan para shogun sebagai boneka mereka. Klan Hojo memerintah cukup lama, tapi akhirnya mulai melemah, terutama saat Kaisar mencoba merebut kembali kekuasaan. Ironisnya, Hojo justru mengirim seorang jenderal bernama Ashikaga Takauji untuk melawan sang Kaisar, namun Takauji berbalik arah dan malah menggulingkan Hojo serta mendirikan keshogunan baru.

    Maka lahirlah periode Muromachi. Keshogunan Ashikaga memimpin Jepang dengan relatif damai pada awalnya. Namun kemudian terjadi konflik suksesi antara paman dan keponakan yang memicu Perang Ōnin, perang saudara besar-besaran yang melemahkan pusat kekuasaan. Kekacauan ini menyebabkan para daimyo kembali bersaing dan membentuk negara-negara kecil. Maka dimulailah periode Sengoku Jidai, masa negara berperang.


Di tengah kekacauan ini, bangkitlah kekuatan kecil yang diremehkan: Klan Oda di bawah Oda Nobunaga. Dengan hanya 2.000 pasukan, ia mengalahkan 30.000 pasukan Klan Imagawa dalam Pertempuran Okehazama. Nobunaga kemudian menguasai Kyoto dan hampir menyatukan seluruh Jepang. Meski dihadang oleh tokoh kuat seperti Uesugi Kenshin dan Takeda Shingen, keberuntungan berada di pihaknya karena kedua saingannya itu wafat sebelum sempat menggulingkannya.

    Namun takdir berkata lain. Nobunaga dikhianati oleh salah satu jenderalnya, Akechi Mitsuhide, yang menjebaknya di Kuil Honnoji. Nobunaga akhirnya melakukan seppuku (bunuh diri dengan kehormatan).

    Bawahan setianya, Toyotomi Hideyoshi, membalas dendam dan membunuh Mitsuhide. Ia kemudian melanjutkan misi penyatuan Jepang dan berhasil. Setelah berhasil menstabilkan sistem pemerintahan, Hideyoshi bahkan punya ambisi menaklukkan Tiongkok—ia pun menyerbu Joseon (Korea) dalam Perang Imjin, tapi gagal total. Setelah itu, ia meninggal dunia.

    Dalam kekosongan kekuasaan, muncul Tokugawa Ieyasu yang berusaha mengambil alih kekuasaan, namun dihadang oleh faksi lawan yang dipimpin Ishida Mitsunari. Mereka pun bertempur dalam Perang Sekigahara, yang dimenangkan oleh Tokugawa. Maka dimulailah periode keshogunan Tokugawa yang bertahan lebih dari dua abad.

    Salah satu kebijakan paling terkenal dari Tokugawa adalah Sakoku, yaitu kebijakan isolasi total dari dunia luar, kecuali untuk perdagangan terbatas dengan Belanda, Korea, Ryukyu, dan Tiongkok. Kebijakan ini berakhir setelah kedatangan Komodor Matthew Perry dari Amerika Serikat yang memaksa Jepang membuka diri lewat Perjanjian Kanagawa.


Situasi ini memicu konflik antara pihak pro-keshogunan dan pihak pro-kekaisaran, yang berujung pada perang saudara. Akhirnya, pihak kekaisaran menang dan dimulailah Restorasi Meiji, sebuah reformasi besar-besaran yang dilakukan Kaisar Meiji demi menyetarakan Jepang dengan negara-negara Barat.


Referensi :

https://www.britannica.com/place/Japan/History

https://asiasociety.org/education/japanese-history

https://www.worldhistory.org/Ancient_Japan/

https://www.worldhistory.org/Medieval_Japan/

https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Japan