Sejarah Mesir Kuno dapat ditelusuri sejak Zaman Neolitikum, sekitar tahun 5000 SM. Pada masa ini, masyarakat mulai meninggalkan pola hidup berburu dan mengembangkan pertanian. Mereka tersebar di seluruh wilayah Mesir karena tanahnya yang subur akibat iklim yang lebih lembap dibandingkan saat ini. Namun, perubahan iklim menyebabkan wilayah gurun mulai mengering, memaksa penduduk bermigrasi ke sepanjang Sungai Nil, sumber kehidupan utama Mesir hingga ribuan tahun ke depan.
Di sepanjang Sungai Nil, peradaban mulai tumbuh. Salah satu peradaban awal adalah Budaya Badarian, yang dikenal akan kemampuan pertaniannya dan kerajinan tembikar. Budaya ini kemudian berkembang menjadi Peradaban Naqada, yang dikenal sebagai pelopor dalam perdagangan jarak jauh, berinteraksi dengan Nubia (sekarang Sudan), Levant (Suriah dan Palestina), dan bahkan wilayah Afghanistan. Pada masa ini pula, sistem penulisan awal yang kelak menjadi hieroglif Mesir mulai berkembang.
Menjelang akhir periode prasejarah ini, Mesir terbagi menjadi dua kerajaan: Mesir Hulu (Upper Egypt) di selatan, dan Mesir Hilir (Lower Egypt) di utara. Sekitar tahun 3100 SM, seorang raja dari Mesir Hulu bernama Narmer (juga dikenal sebagai Menes) berhasil menyatukan kedua kerajaan tersebut dan mendirikan pusat pemerintahan di kota Hierakonpolis. Peristiwa ini menandai awal dari periode Dinasti Pertama dalam sejarah Mesir Kuno.
Masa ini dikenal sebagai “Zaman Piramida”, ketika para firaun membangun monumen besar sebagai makam kerajaan. Firaun Djoser, dengan bantuan arsitek legendaris Imhotep, membangun piramida bertingkat pertama di Saqqara. Puncaknya adalah pembangunan Piramida Agung di Giza oleh Firaun Khufu, yang memakan waktu sekitar 20 tahun dan menjadi satu-satunya dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang masih bertahan hingga kini.
Namun, pada akhir masa Kerajaan Lama, terjadi desentralisasi kekuasaan. Para gubernur daerah (nomark) menjadi semakin independen dan tidak lagi tunduk pada otoritas pusat, terutama setelah pemerintahan panjang Firaun Pepi II. Ini memicu masa kekacauan politik yang dikenal sebagai Periode Menengah Pertama (First Intermediate Period).
Kerajaan Mesir kembali dipersatukan oleh Firaun Mentuhotep II dari Thebes. Periode ini dikenal sebagai era stabilitas dan ekspansi. Mesir memperluas pengaruhnya ke Nubia, Libya, dan wilayah Levant. Pada masa ini pula muncul Firaun perempuan pertama, Sobekneferu, yang memerintah dengan baik dan menjadi pelopor perempuan dalam kekuasaan kerajaan.
Gaya pemakaman berubah: para firaun mulai membangun kompleks pemakaman tersembunyi seperti di Lembah Para Raja, karena piramida yang megah terlalu mencolok dan mudah dijarah.
Sayangnya, kejayaan ini terganggu oleh datangnya bangsa Hyksos, kemungkinan berasal dari Levant. Mereka menguasai wilayah Mesir Hilir dan mendirikan dinasti asing di Delta Nil. Hal ini memicu Periode Menengah Kedua (Second Intermediate Period).
Setelah berabad-abad konflik, Ahmose I, penerus Kamose dan Seqenenre Tao, berhasil mengusir bangsa Hyksos dan memulai era kejayaan tertinggi Mesir. Pada masa ini, kekuatan militer Mesir berkembang pesat berkat adopsi teknologi seperti kereta kuda dan busur komposit dari bangsa Hyksos.
Mesir menjadi kekaisaran regional, memperluas wilayahnya hingga ke Levant dan Sudan, menjadikannya salah satu kekuatan terbesar di dunia kuno. Pada masa ini pula muncul tokoh-tokoh penting seperti:
- Hatshepsut, firaun perempuan yang terkenal dengan kebijakan perdamaian dan ekspedisi dagang ke Punt.
- Thutmose III, dikenal sebagai “Napoleon Mesir” karena ekspansi militer besarnya.
- Akhenaten, firaun yang mencoba memaksakan monoteisme kepada dewa Aten.
- Tutankhamun, yang menjadi terkenal karena makamnya ditemukan utuh pada abad ke-20.
- Ramses II, pemimpin dalam Pertempuran Kadesh melawan bangsa Hittit, yang menghasilkan perjanjian damai tertulis pertama di dunia.
Namun, pada akhir periode ini, Mesir mulai mengalami kemunduran akibat serangan eksternal dari bangsa “Sea Peoples” dan internal dari konflik kekuasaan.
Setelah Kerajaan Baru runtuh, Mesir memasuki masa yang penuh gejolak, ditandai oleh serangkaian invasi dan pemerintahan asing. Bangsa Assyria sempat menaklukkan Mesir, diikuti oleh Kerajaan Persia. Ada legenda bahwa Persia menggunakan kucing sebagai tameng dalam peperangan, karena bangsa Mesir menganggap kucing sebagai hewan suci, meskipun kisah ini belum sepenuhnya terbukti secara historis.
Pada tahun 332 SM, Alexander Agung dari Makedonia menaklukkan Mesir tanpa perlawanan berarti. Setelah kematiannya, Mesir diperintah oleh jenderalnya Ptolemaios, yang mendirikan Dinasti Ptolemaik, dinasti Yunani yang tetap mempertahankan budaya dan gelar firaun.
Dinasti ini berakhir dengan Cleopatra VII, penguasa terakhir Mesir yang terkenal karena hubungannya dengan Julius Caesar dan Marcus Antonius. Setelah kalah dari Oktavianus (kelak menjadi Kaisar Augustus), Cleopatra melakukan bunuh diri pada tahun 30 SM, menandai berakhirnya Mesir Kuno sebagai kerajaan merdeka dan dimulainya masa Mesir sebagai provinsi Romawi.
Referensi :
https://www.britishmuseum.org/learn/schools/ages-7-11/ancient-egypt/timeline-ancient-egypt