Sejarah Peradaban Islam (Dari Zaman Nabi Muhammad hingga Dinasti Ummayah)


    Pada tahun 570 M, Nabi Muhammad lahir di kota transit perdagangan, yaitu Mekkah. Nabi Muhammad lahir dari salah satu suku berpengaruh di Mekkah, yaitu Suku Quraisy. Di umurnya yang ke-40 tahun, beliau menerima pesan dari Malaikat Jibril di Gua Hira. Pada masa inilah dakwah agama Islam mulai semakin masif. Hal ini kemudian mengundang kemarahan bagi penduduk Mekkah, termasuk Suku Quraisy, yang merasa bahwa ajaran Islam mengancam kepercayaan politeisme mereka yang menjadi sumber penghasilan bagi kota itu.

    Merasa tidak aman, Nabi Muhammad beserta Abu Bakar dan nanti para pengikutnya kemudian hijrah atau pindah ke kota Madinah. Di kota Madinah, kekuatan Muslim semakin menguat hingga pada tahun 629 M, Nabi Muhammad beserta para pengikutnya berhasil membebaskan Mekkah. Sayangnya, beberapa tahun kemudian, Nabi Muhammad meninggal dunia, mengosongkan tampuk kepemimpinan umat Islam.

    Untuk mengisi kekosongan kepemimpinan, kemudian dipilihlah seorang khalifah yang akan memimpin umat Islam. Terdapat empat khalifah awal yang dikenal sebagai Kekhalifahan Rasyidun, yang memimpin umat Islam hingga sekitar 30 tahun. Khalifah pertama dari kekhalifahan ini adalah Abu Bakar, yang pada masa kepemimpinannya fokus pada Perang Riddah, yaitu perang pembasmian nabi-nabi palsu dan gerakan pemberontak. Di masa ini juga Muslim mulai memperluas kekuasaannya dengan berperang melawan Kekaisaran Sasaniyah dan Bizantium, dua imperium besar pada masa itu.

    Setelah Abu Bakar meninggal, tampuk kepemimpinan dipindahkan ke Umar bin Khattab. Pada masa ini, wilayah kekuasaan Islam semakin meluas, di mana wilayah barat Sasaniyah yaitu Irak modern berhasil dikuasai Muslim. Mesir kemudian juga dibebaskan, Palestina dan negeri Syam juga berhasil ditaklukkan. Pada masa ini, Muawiyah bin Abu Sufyan ditunjuk sebagai Gubernur Suriah dan nantinya akan berperan penting dalam sejarah peradaban Islam. Umar bin Khattab juga membangun Bayt Al-Mal sebagai rumah penyedia barang pokok untuk orang miskin.

    Setelah Umar bin Khattab dibunuh saat melaksanakan salat, kepemimpinan dilanjutkan oleh Utsman bin Affan. Salah satu peran penting Utsman adalah membuat standar dalam penulisan Al-Qur’an. Hal ini didasari oleh banyaknya Muslim non-Arab yang kesulitan membaca bahasa Arab. Sayangnya, kepemimpinannya tidak bertahan lama karena tuduhan atas kasus nepotismenya, yang menyebabkan Utsman dibunuh.

    Setelah Utsman, khalifah selanjutnya adalah Ali bin Abi Thalib. Saat itu pemberontakan mulai terjadi secara masif, membuat Ali berusaha untuk memadamkannya. Namun, Muawiyah meminta Ali untuk mengutamakan penyelidikan pembunuhan Utsman, yang kemudian ditolak dan memicu perpecahan serta memulai perang sipil pertama umat Islam atau biasa dikenal sebagai fitnah pertama. Namun di kemudian hari, anak Ali, Hasan, menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyah bin Abu Sufyan, memulai masa Dinasti Umayyah.

    Sebelumnya, di masa Kekhalifahan Rasyidun, umat Islam telah terpecah menjadi dua golongan: golongan Sunni yang menganggap sahabat-sahabat Nabi seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Muawiyah memiliki hak untuk menjadi khalifah, serta golongan Syiah yang menolak karena menurut mereka yang layak menjadi khalifah adalah keluarga Nabi Muhammad.

    Pada masa kepemimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan, dinasti ini memperluas kekuasaan ke berbagai wilayah, berperang melawan Bizantium, dan memperbesar anggaran untuk Bayt Al-Mal. Namun, setelah wafat, Muawiyah justru menyerahkan tampuk kekhalifahan kepada anaknya, Yazid bin Muawiyah, yang oleh golongan Syiah dianggap melanggar perjanjian sebelumnya.

    Pada masa Yazid bin Muawiyah, penduduk Kufah memilih untuk dipimpin oleh Hussein, cucu Nabi Muhammad. Hal ini kemudian menjadi faktor utama terjadinya Tragedi Karbala, di mana Hussein terbunuh dengan keji.

    Di kemudian waktu, Dinasti Umayyah berhasil berkembang lebih luas. Mata uang standar diciptakan, yang sempat memicu perang dengan Bizantium. Kekuasaan dinasti ini meluas ke tanah Afrika bahkan hingga ke tanah Spanyol atau Andalusia.

    Namun sayang, lama-kelamaan dinasti ini semakin melemah akibat banyak khalifah yang tidak kompeten menjabat. Di kemudian hari, gerakan pemberontakan yang dipimpin oleh Abu Abbas As-Saffah berhasil menggulingkan tampuk kekuasaan Dinasti Umayyah dan membantai seluruh keluarga Umayyah, meskipun ada satu orang yang berhasil melarikan diri dan mendirikan dinasti di tanah Spanyol. Hal ini menandai berakhirnya masa Dinasti Umayyah dan dimulainya Dinasti Abbasiyah yang dikenal sebagai masa keemasan Islam.